Senin, 31 Desember 2012

#Resolusi2013

2012 sudah akan berlalu, 2013 sudah di depan mata. Saya punya firasat bahwa tahun 2013 akan membawa banyak perubahan ke dalam hidup saya! Aamiin Yaa Allah.
Mungkin banyak orang beranggapan bahwa 'resolusi baru' itu tidak perlu menunggu tahun baru. Ya, betul memang. Tapi kalau kita sudah terlanjur berada di penghujung tahun, ya kebetulan aja 'resolusi' nya itu ada di  awal tahun yang baru. Trus ada juga yang bilang kalo resolusi itu ga perlu ditulis dan ditempel di tempat yang terlihat langsung oleh kita. Well, menurut gue, justru dengan kita menulis dan menempel di tempat yang sering kita lihat, kita akan selalu mengingat bahwa kita pernah 'berjanji' pada diri sendiri. Ngebatalin janji orang aja malu, masa ngebatalin janji terhadap diri sendiri ga malu sih? :)

Sama seperti gue. Gue juga menulis resolusi yang gue tempel di balik pintu kamar gue. Supaya apa? Supaya gue akan selalu melihatnya setiap kali gue membuka dan menutup pintu kamar! Apa aja sih resolusi gue? Sederhana, hanya lima. Ini nih coretan harapan berwarna di selembar kertas HVS putih bersih sebagai simbol bahwa lembaran baru HARUS segera dimulai.

========================================================================

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM (dalam tulisan Arab)

Allah akan membantu saya untuk memenuhi janji yang harus tercapai selama tahun 2013!

1. SAYA AKAN MENURUNKAN BERAT BADAN SEBANYAK 20 KG (FAT LOSS);
Well, inilah mimpi terbesar saya. Saya ingin mengembalikan masa kejayaan saya yang setahun lalu sempat saya nikmati. Tapi, kali ini saya harus jauh lebih bersabar. Fat loss itu bukan perkara mudah, gue mau yang menghilang dari tubuh gue adalah lemak, bukan cuma sekedar berat badan (weight loss). Buat kalian yang nyadar kalo gue tambah gemuk dan ngegosipin gue, ya gue akui kalau gue gemukan. Tapi insya Allah dan atas usaha gue, beberapa bulan lagi kalian akan ngegosipin gue lagi dengan bilang bahwa gue langsing dan berotot. Apalagi pengalaman tahun lalu yang saya harus amenorrhae (tidak menstruasi) selama setahun karena terlalu banyak berolahraga. Saya pasti berhasil! Saya harus berhasil. Aamiin Ya Allah..

2. SAYA AKAN MULAI MERUTINKAN DHUHA DAN TAHAJUD;
Ini adalah salah satu resolusi tahun 2011 yang sampai sekarang belum terealisasi. Gue udah terlalu jauh dengan Allah. Pertama, gue ga pake hijab, masa gue harus ga rutin mendekatkan diri ke Tuhan gue sendiri? Memang tantangannya berat, tapi ini harus dilaksanakan! Aamiin Ya Allah..

3. SAYA AKAN MENGERJAKAN SKRIPSI DENGAN SEBAIK-BAIKNYA DAN LULUS SEPTEMBER 2013;
Akan terasa berat jika selalu dipikirkan, tapi akan terasa ringan jika selalu dikerjakan. Dan ini bukan pilihan, ini kewajiban. Tidak ada pilihan untuk lulus di semester selanjutnya! TIDAK ADA! Semoga dimudahkan.. Aamiin Ya Allah..

4. SAYA AKAN BEKERJA DI MULTINATIONAL COMPANY (BAHKAN KERJA SEBELUM LULUS KALAU BISA) DAN BELAJAR SELUK-BELUK DUNIA BISNIS;
Kenapa jadi karyawan dulu? Untuk ngumpulin modal, bung! Gue gak mau buka usaha dengan pinjam modal sana-sini. Lagipula apa salahnya sih jadi karyawan? Justru bisa jadi bahan pelajaran bagaimana cara memperlakukan karyawan jika nanti kita udah punya usaha sendiri dan punya banyak karyawan. Dunia bisnis keras, bung! Apalagi gue datang dari dunia yang sama sekali tidak mempelajari bisnis. Semoga terwujud, Aamiin Ya Allah..

5. SAYA AKAN BELAJAR FASHION DESIGN SECARA OTODIDAK UNTUK TERJUN KE DUNIA BISNIS FASHION BERSAMA KELUARGA SAYA.
Nah, ini! Menjadi businesswoman! Suatu negara akan maju jika DUA PERSEN penduduknya berwirausaha. Indonesia? Masih NOL KOMA DELAPAN PERSEN! So, dari pada berkoar-koar menyuruh orang untuk berwirausaha, why dont you try yourself? Yap, mungkin akan sangat berat, apalagi untuk gue dan keluarga gue yang ga pernah berbisnis. Tapi apa salahnya dicoba? Semoga Allah senantiasa mengabulkan, Aamiin Yaa Allah..

========================================================================

Yak, itulah 5 resolusi utama saya. Semoga semuanya setidaknya poin 1-4 terwujud. Aamiin Ya Allah.
These are mine, what are yours? ;-)

Senin, 24 Desember 2012

Pemimpin Itu..

Setiap orang itu membuat blognya sesuai dengan caranya masing-masing, ada yang fashion, travel, culinary, photography, videography, atau bahkan cuma sekedar curhat karena nobody to talk to. Well, sebenernya gue juga bingung apa genre blog ini karena gue menulis apa yang ada di pikiran gue saat itu. Saat ini yang ada di pikiran gue adalah gue butuh temen curhat!

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebenernya curhat di blog itu menye-menye banget, seakan-akan si blogger gak punya temen. Tapi, kalo buat gue, curhat di blog itu cukup efektif karena:
1. Followers blog gue sedikit jadi kemungkinan orang lain baca blog ini juga sedikit banget;
2. I blog because i dont know with whom i have to share;
3. Terkadang ada kata yang tidak bisa terucap lewat lidah.

Kali ini gue mau cerita tentang kepemimpinan.

Teori tentang kepemimpinan itu ada banyak sekali, mulai dari yang idealis hingga yang santai-is. Setiap gaya kepemimpinan punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, gue sangat percaya itu. Tapi mana yang paling efektif? Menurut gue, kepemimpinan efektif adalah jika seorang pemimpin bisa membawa suatu organisasi atau komunitas kepada visi dan misi yang telah disepakati bersama, dengan para staf yang dekat, mencintai, menghormati, dan menaati pemimpin tersebut. Apapun gaya yang dianut oleh seorang pemimpin, jika prinsip kepemimpinan efektif tersebut tercapai, dia berhasil menjadi seorang pemimpin.

Gue sendiri gak tau ya, gue ini memakai gaya kepemimpinan seperti apa. Yang jelas gue ini penakut dan gak tegas. Apa karena gue masih belajar ya? Tapi plis banget! Masa gue takut sama beberapa staf gue?! Dan selama gue memimpin di salah satu divisi di organisasi ini, masa iya gue gampang banget disetir dan diubah konsepnya? Menerima masukan orang bukan berarti plin-plan kan? Gue bener-bener harus banyak belajar. Lagipula, gue susah banget ngambil hati dan fokus mereka. Gue ini pemimpin bukan sih? Apa mereka menganggap gue hanya sebagai 'koordinator' divisi? Karena malah ada satu staf gue yang lebih disegani dan ditakuti oleh mereka.

Gue emang baru pertama kali memimpin suatu divisi organisasi dalam jangka waktu yang cukup lama (1 tahun). Biasanya gue memimpin suatu divisi di kepanitiaan yang notabene waktunya sebentar. Jadi ya bisa dibilang ini adalah batu loncatan gue untuk meneguhkan seperti apa karakter gue. Tapi apa butuh waktu selama itu? Gue takut malah jadi kebiasaan. Gak boleh! Perilaku buruk ini sangat gak boleh jadi kebiasaan! Kadang gue berpikir, apa sih pendapat mereka tentang gue? Apa gue cuma sekedar 'tim hore-hore' untuk ngeramein organisasi? Bukan. Gue kepala divisi, bukan tim hore. Apa gue ga disegani sama mereka? Kenapa gue sangat susah mengatur segerombolan anak itu? Beda sekali sama si D yang sekali teriak, semua anak langsung menuruti perkataannya dia. Well, mungkin gue ga sedisiplin dan secerdas si D, atau gue ga sekritis si S, dan gue juga ga punya power sekuat si M. Tapi apa gue harus jadi si Z yang kerjanya hampir mirip EO (Event Organizer)? Apa gue ga perlu disegani? Apa perkataan gue sangat sangat sangat powerless sehingga mereka malas menuruti gue? Bukan, gue bukan orang yang gila hormat. Tapi, apa salah gue minta dihormati?

Si G. Gue bingung banget sama si G. Dia maunya apa? Gue tau banget banget dia itu orangnya keras kepala dan haknya dia di atas hak orang lain. Tapi apa salahnya MENGHORMATI orang lain? Gue bukan menekankan bahwa dia bawahan gue dan gue atasannya dia. Bukan, bukan seperti itu. Tapi apa salahnya dia sedikiiiiiit saja menghargai gue sebagai, kalau bukan sebagai atasan, sebagai orang yang lebih tua dari pada dia. Asal kalian tau ya, jelas kok dia gak suka sama gue. Kenapa ya? Apa mungkin gue 'tidak menguntungkan' buat dia. Apakah si A atau si S lebih 'menguntungkan' buat dia, mungkin, dalam segi job? Oportunis, you can call it maybe. Dia sangat tidak menghargai waktu. Apa buktinya? Apalagi kalau bukan ngaret. Dia selalu ngaret, bahkan ketika dia harus mengumpulkan power point yang akan dia gunakan untuk presentasi calon presiden. Pemimpin seperti apa yang tidak menghargai waktu? Gue sangat tau kalau dia itu orang sibuk walaupun gue sama sekali gak tau kesibukannya dia. Gimana ya, dia gak mau sih menjalin hubungan yang lebih akrab sama gue. Ngapain gue ngedeketin dia kalo dia selalu ngejauhin gue? Ketauan kok kalo dia lebih suka sama anak 09 lain yang lebih memberikan prospek (dibandingkan gue). Insya Allah, gue kelak akan mendapatkan pekerjaan yang sangat layak dan berpendapatan lebih besar dari pada uang kuliah gue. Lagipula, mungkin di pita suaranya ga ada pengayak kata kali ya. Nyablak sekali bahasanya.

Sebenernya mungkin gue bukan tipe pemimpin yang dekat dengan staf sehingga mereka merasa kalau mereka hanyalah pelaksana proyek. Padahal gue sama sekali ga berpikiran seperti itu.. Setiap kali gue SMS mereka untuk menjalin hubungan yang lebih dekat, eh merekanya bales sekenanya. Siapa yang ga males sih diperlakukan seperti itu? Mungkin seharusnya gue gak menyerah ya. Tapi memang gue ga menyerah! Tapi apa gue harus kehilangan harga diri dan terus-terusan SMS mereka dengan tanpa ada satupun balasan dari mereka? Cukup sudah kesabaran saya. Apalagi pas lagi rapat, susah ya membangun suasana. Susah ya membuat mereka untuk 'bersuara'. Susah ya mengajak mereka untuk menyampaikan pendapat. Susah ya Menggagas ide original yang bisa digunakan sebagai pancingan ide-ide selanjutnya. Ini benar-benar pelajaran. Seharusnya sih 1 tahun cukup untuk bangkit dari pembelajaran. Saya sudah cukup belajar. Tahun 2012 itu tahunnya belajar. Tahun 2012 saya memiliki banyak sekali pengalaman, dari yang paling buruk sampai yang paling baik.

Semoga apa yang saya dapatkan di tahun 2012 bisa saya pelajari hikmahnya dan bertindak sesuai dengan evaluasi diri.

Pemimpin itu..harus bisa menciptakan sense of belonging para staf nya.
Pemimpin itu..harus bisa membangun kerja sama anggota timnya.
Pemimpin itu..harus disegani tapi disukai oleh semua stafnya.
Pemimpin itu..harus memiliki ide original, kreatif, dan operationable.
Pemimpin itu..harus bisa mengambil atensi dari para anggota tim.
Pemimpin itu..harus bisa didengar dan mendengar.
Pemimpin itu..harus bergerak bersama seluruh anggota tim.
Pemimpin itu..harus punya kekuatan yang tidak dimiliki oleh para stafnya.
Pemimpin itu..harus tegas, kritis, disiplin, lantang, dan tidak mudah goyah.
Pemimpin itu..harus mengerti kondisi dan latar belakang para anggota tim.
Pemimpin itu..harus tetap bisa mengendalikan kemudi ketika 'arus' sedang deras-derasnya.
Di balik itu semua
Pemimpin itu..kamu!

Rabu, 05 Desember 2012

INI HANYA FIKSI


Barbie. Hari ini aku bermain bersama Barbie. Kamu tau Barbie, kan? Itu lho, boneka yang menjadi figur ideal seorang wanita dewasa. Aku memang seorang seorang fans berat Barbie! Aku punya semua seri Barbie dan Ken. Bahkan walaupun aku sudah SMA, aku masih suka bermain Barbie! Ya, sosok yang sangat menginspirasi aku untuk menjadi remaja bertubuh sempurna seperti Barbie. Saat itu aku belum tahu bahwa sosok Barbie yang sempurna itu banyak membunuh para wanita yang tubuhnya ideal atau berusaha seideal Barbie dengan cara yang salah.

Oh ya, namaku Alice. Aku remaja kelas 3 SMA di salah satu sekolah unggulan di selatan Jakarta. Kalau kata mereka, sekolahku itu sekolah gaul! Hahaha. Bahkan aku termasuk the it girl di sekolah. Siapa yang nggak kenal aku? Alice Putri Hardjo, seorang cheerleader bertubuh seksi dan berparas cantik yang baru saja menjadi juara utama Olimpiade Matematika tingkat Internasional di Rusia. Aku juga seorang sekretaris umum OSIS saat duduk di tahun kedua. Kini aku sudah tahun ketiga, aku harus fokus mengejar kampus idamanku. Hahaha, aku memang si jenius yang eksis nan rupawan.

Banyak sekali laki-laki yang suka padaku dan ingin menjadi pacarku. Tapi, seksi-seksi begini, aku bukan cewek murahan¸ lho! Aku punya prinsip. Aku hanya akan punya pacar jika aku sudah mapan dan bekerja. Cowok yang mau jadi pacarku pun harus benar-benar serius dan sudah bervisi ke depan. Aku nggak mau jadi cewek yang menghambur-hamburkan uang orang tuaku, kecuali untuk membeli barbie, sih. Hehehe.

            “Alice, gue suka sama lo, mau ga lo jadi pacar gue?”
            “Alice, lo sebenernya lagi suka sama siapa, sih?”
            “Alice, gue suka sama lo dari kita masih SMP. Kenapa lo nggak pernah ngelirik gue?”
            “Alice, kalo gue lesbi mah, gue mau kali sama lo! Cantik banget, sih, luuuu!!!”
            “Alice, ini ada boneka Ken buatmu. Aku berharap aku bisa menjadi Ken bagimu”

Itu hanya segelintir dari beberapa permintaan dan gombalan dari mereka yang ingin mendekatiku. Simpel, aku hanya membalas, “Maaaaf, aku belum mau pacaraaan!” Hihihi. Wajar, jika sekarang aku hanya berteman dengan wanita. Aku nggak mau terlalu dekat dengan laki-laki. Bukan! Bukan karena aku lesbian! Tapi karena aku nggak mau mereka berakhir jatuh hati kepadaku. Aku bukannya gede rasa, tapi sebagian besar dari teman laki-lakiku pasti jatuh cinta kepadaku! Aku nggak mau menyakiti banyak hati pria. Jadi aku memilih untuk tidak terlalu dekat dengan mereka.

“Hey, gue pulang duluan ya, guys! Gue mau istirahat di rumah mumpung ga ada latihan cheers”, aku berpamitan kepada geng cewekku setelah bel sekolah berbunyi.

“Ah, cupu! Katanya mau pajamas party di rumah gue? Kita udah bawa baju, nih! Kalo nggak ada lo, kita cuma bisa delivery Mekdi!”, Silvi mengomentari. Ehm, sombong dikit nih ye, aku juga pintar masak, lho! Aku selalu menjadi koki setiap kali ada acara menginap. Mungkin karena kegiatanku banyak sekali, makan sebanyak apa pun, aku nggak akan jadi gendut! Lucky me!

“Yah, maaf deh.. gue capek berat, bro! Dari kemarin gue selalu latihan untuk persiapan lomba Sabtu besok di Senayan City. Anyway, lo semua pada dateng, kan?”

“Sudah, sudaaah. Lo istrihat aja gih, kasihan. Nanti kita berlima nginep di rumah Dhila. Kalo lo berubah pikiran dan bete di rumah, langsung ke rumah Dhila aja, ya! Besok kita dateng, kok. Tapi sebagai hukuman, lo harus traktir kita sushi!”, Kathya ini sebenarnya membelaku atau memojokkanku, sih?! Kok dia malah minta aku untuk mentraktik mereka!
         
   “Nah, ini gue suka!”
    “Setuju!”
    “Couldn’t agree more!”
          
Nah, sekarang Silvi, Dhila, dan Kania menyetujui usul Kathya untuk malakin aku. Emang mereka ini kerbau kelas kakap yang bisa makan berkilo-kilo makanan tanpa berubah jadi kerbau! Karena itulah kita cocok! Hahaha. Bahkan moto kami adalah ngumpul-ngumpul tanpa kuliner seperti berkumpul bareng onta!

“Ah, dasar ratu resek! Ya, pokoknya besok kalian nggak boleh telat ke sampai sana! Perlombaan mulai jam 13.00 dan gue ga tau nih gue tampil jam berapa. Gue duluan yaaa!! Besok lu bawa mobil ya, Dhil. Gue males bawa mobil”
          
  Gue selalu pulang-pergi sekolah naik angkot, lho. Mandiri, kan? Gue nggaksuka menghambur-hamburkan uang nyokap untuk hal yang nggak penting. Rumah gue itu terletak di bilangan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, sedangkan sekolah gue terletak di bilangan Bukit Duri, Jakarta Selatan. Jam pulang sekolahku itu jam 5 sore bertepatan dengan jam pulang kantor. Hari itu hari Jumat, lengkaplah sudah penderitaanku di jalanan yang macet dan angkot yang penuh sesak. Aku memilih untuk naik Metro Mini karena aku cukup membayar seribu rupiah karena pakai seragam sekolah. Hihihi, ini nih yang aku rindukan jika aku sudah kuliah!
           
 Aku berdiri di tengah Metro Mini sambil memperhatikan seorang lelaki yang berbadan cukup gempal yang duduk di depanku. Di sampingnya, ada seorang ibu-ibu yang tampak kesempitan. Sebenarnya lelaki itu cukup tampan. Dia memakai setelan yang menandakan bahwa posisi  di tempat Ia bekerja cukup tinggi. Tipe seorang lelaki mapan yang sudah siap berumah tangga. Sebenarnya aku tahu kalau lelaki ini ingin menggantikanku berdiri. Tapi apa daya, dia akan lebih memakan tempat jika harus berdiri.

            “Mas, permisi, mas. Saya mau turun, nih.” Ibu itu berkata pada mas-mas tambun di depanku yang duduk di sebelahnya.

            “Oh, sebentar, ya.” Lelaki itu membalas ucapan ibu itu sambil berusaha berdiri. Aku terdorong karenanya, orang-orang di sekitarku juga terdorong. Wah, pokoknya rempong banget, deh! Ibu itu sudah ga sabar ingin turun. Bahkan terus mendorong mas-mas tambun sambil sedikit berteriak, “Oi cepetan, dong! Rumah saya udah mau lewat, nih!”

            “Sabar, ibu, kaki saya terjepit di bangku ini dan nggak bisa keluar” Mas-mas tambun itu membalas dengan nada maklum. Mungkin ia sudah terbiasa dibentak seperti itu karena badan tambunnya. Aku dan penumpang lain sebenarnya sudah membuat jarak yang cukup lebar. Sangat lebar malah kalau yang lewat adalah orang-orang bertubuh normal.

“Ah! Kegendutan, sih kamu! Makanya punya badan jangan kegedan! Nyusahin orang kan jadinya! Harusnya kamu bayar buat 4 orang! Tuh lihat, semuanya jadi susah karena kamu! Rumah saya juga sudah lewat! Saya jadi harus jalan dulu! Tapi gapapa jalan kaki, biar nggak gembrot kayak kamu! Cepat minggir!” Bentakan ibu itu membuat mata para penumpang, termasuk supir dan kernet, tertuju pada lelaki tambun itu. Aku sangat yakin ada rasa malu luar biasa yang dia rasakan. Untungnya, kaki lelaki itu berhasil keluar dari jepitan antarbangku.

“Maaf, ibu. Saya memang besar. Tapi saya juga ingin diperlakukan seperti manusia pada umumnya yang tidak dihina seperti ini. Apa jadinya jika ada orang menghina Anda di muka umum? Pasti Anda akan selalu mengingat wajah si penghina, kan? Maaf, saya juga akan selalu mengingat wajah Anda” Lelaki itu memberikan jawaban yang luar biasa halus, tetapi menyakitkan. Aku melihat wajah ibu itu merah padam lalu ia segera turun dari bus itu.

Setelah ibu itu turun, lelaki tersebut berusaha untuk memasukkan kakinya lagi ke dalam ruang antarbangku. Berdasarkan teori keangkotan, orang yang selanjutnya duduk adalah orang yang yang berada persis di depan orang yang sebelumnya duduk. Well, it’s gonna be me. Dengan sabar, aku menunggunya untuk duduk sempurna di bangkunya sebelum aku duduk.

“Maaf atas kejadian tadi. Pasti kamu nggak biasa melihat yang seperti itu” Lelaki itu membuka pembicaraannya denganku. Aku memang ingin memecah kesunyian, tapi aku terlalu takut untuk memulai.

“Ah, gapapa. Malah aku yang nggak enak sama mas, mas gapapa? Jangan dimasukkan ke dalam hati, mas. Orang memang langsung kasar kalau ada orang yang menghalangi keinginannya. Menurutku, mas nggak gemuk kok, hanya sedikit di atas rata-rata. Bangku ini memang terlalu sempit. Aku juga agak susah memasukkan kakiku” Aku terpaksa berbohong untuk membesarkan hati lelaki tambun itu. Aku berpura-pura sulit memasukkan kaki saat aku duduk.

“Hahaha. Adik ga perlu berbohong. Tapi terima kasih sudah menghiburku. Namaku Yoga, kamu siapa?

Nggak bohong, kok! Aku Alice. Mas Yoga baru pulang kerja, ya? Kenapa mas nggak bawa kendaraan sendiri? Dilihat dari penampilan Mas Yoga, tampaknya Mas Yoga bukan orang yang serbakekurangan..”

“Hahaha, aku sedang memperbanyak aktivitas fisik untuk menurunkan berat badanku. Kalau aku naik kendaraan, kapan aku bergeraknya? Aku sadar aku membesar begini karena aku terlalu memanjakan diri dengan kendaraan pribadi. Asal kamu tahu, aku sudah turun 10 kilogram sejak 3 bulan lalu. Memang terhitung lambat, tapi aku mau ideal secara sehat!” Mas Yoga bercerita panjang lebar tentang keinginannya untuk mengidealkan berat badannya. Di saat orang lain terus terpuruk dengan ejekan orang, justru Mas Yoga menjadikan ejekan itu sebagai tantangan! Luar biasa.

“Wow, hebat! 10 kilogram? Hebat! Jadi, ejekan itu dijadikan motivasi, ya? Apa Mas Yoga nggak pernah merasa sakit hati?”

“Wah, bukan sakit hati lagi, Dik. Ibarat batu yang semakin hari semakin terkikis oleh tetesan air terjun. Memang kalau hanya setetes, batu tersebut tidak akan terkikis, tapi kalo airnya berkubik-kubik, akhirnya hancur juga, kan? Aku juga ingin membahagiakan istriku kelak dengan memberikan aku yang ideal” Ah! Ternyata Mas Yoga sudah punya calon istri! Padahal, di lubuk hatiku yang terdalam, aku sangat kagum padanya. Aku sangat kagum terhadap pendirian dan kegigihannya.

“Cieee, sudah punya calon istri, nih? Hehehehe, sakit hati deh gue! Hahahaa bercanda, mas! Sungguh! Please, jangan anggap saya cewek murahan! Justru saya cupu, udah kelas 3 SMA, tapi belum pernah pacaran! Hahahaha” Oh My God! Gue ngomong apa, sih??? Ini mah namanya menjatuhkan diri sendiri! Aku terus menyalahkan diri sendiri karena berkata seperti itu.

“Hahaha, aku belum punya pacar. Aku nggak mau menikah dengan orang yang dulu menghinaku saat gemuk, tapi mendekatiku saat aku sudah mulai berotot. Sebentar lagi bahkan aku punya sixpacks! Hahahaha. Orang-orang seperti itu munafik. Padahal aku nggak akan selamanya berotot, mereka juga nggak akan selamanya seksi dan menarik. Apalagi jika mereka sudah melahirkan. Apa para suami yang istrinya membesar setelah melahirkan lantas meninggalkan mereka? Justru lelaki yang sempurna adalah mereka yang menerima apapun kondisi pasangannya” GOSH! Jawaban Mas Yoga melelehkan hatiku yang berprinsip tidak akan punya pacar! Saat itu juga, aku merasakan sesuatu. Cinta? Mungkin. Apakah dia adalah Ken untukku?

“Ooooooo so sweet! Mau dong jadi pacar Mas Yoga! Hahahaha”

Beneran?” Uhuk! Is he serious?

“Bener! Hahahaha” Oh, damn! What have you said, stupid?!?!

“Oke, mulai sekarang aku beneran ngedeketin kamu, ya. Aku serius..”

“Ha?”

“Kamu itu unik. You don’t judge me for who I was, you even support me to do better than before. Aku bahkan suka ketika kamu menungguku yang sedang bersusah payah masuk ke bangku resek ini. Mungkin orang bilang ini aku alay karena ngajak cewek kenalan di dalam angkot. But, so what? Toh kita berkenalan dengan cara yang sama sekali nggak alay.” Dia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman terindah yang pernah aku lihat! Dengan kedua pipi yang masih chubby, dia terlihat lucuuuuuuuuuuuuuuuuu sekali. He seems like smiling from ear to ear!

Are you serious?”

A hundred percents, if you do

“...............”

“Yooo, terakhir, terakhir, terakhir! Pondok Kelapa, terakhir, terakhir!” Suara kernet yang membahana menyadarkan para penumpang yang sedang tidur, yang sedang mengobrol, atau yang memang turun di pemberhentian terakhir.

“HAH?! OH MY GOD! Rumah gue kelewatan, baaang!!!! Kok gue ga dikasih tau, siiiih??? Jahat lu, bang! Bales dendam sama gue, ya?” Aku seketika berteriak ke Bang Udi, si kernet Metro Mini yang sangat aku kenal. Percaya, nggak? Dia juga suka padaku, tapi kutolak cinta abang kernet itu! Hehehehe. Makanya, kupikir dia membalas sakit hatinya dengan tidak memberitahu bahwa rumahku sudah terlewat!

“Yeeee, lagian lu serius banget ngobrolnya. Gue jadi nggak enak, takut mengganggu. Cewek cantik emang susah, deh. Tuh, si cowok gembrot itu aja sampai bengong ngeliat lu!” Bang Udi sinis banget menanggapi kami yang asyik mengobrol!

“Yeee, bilang aja iri lu! Kepengen banget ngobrol sama gua? Hahaha!” Aku membalas sekenanya saja kepada Bang Udi. Lalu aku mengajak Mas Yoga untuk turun dari Metro Mini, “Ayo turun, mas! Mau gantiin Bang Udi ngernet? Hahahaha.”

“Aku mana bisa turun kalau kamu nggak turun....” Mas Yoga menjawab dengan memelas. Oh iya!

“Beruntunglah kalau lu sampe ngedapetin Alice. Banyak banget yang mau sama dia. Bahkan gue pernah bela-belain minjem kemeja bagus ke temen gua cuma buat nyamperin dia ke rumahnya! Mana gua disuruh bayar lagi, sepuluh rebu sehari. Gua seriusan suka sama dia. Tapi, dia nolak gua. Hiks hiks. Akhirnya dari tadi gua cuma bisa memandang dia dari pintu angkot resek ini...” Entah kenapa Bang Udi ngomong seperti itu ke Mas Yoga seakan-akan aku dan Mas Yoga akan berakhir bersama.

“Hahaha, tenang aja, bang. Gue akan selalu ngejagain dia. Lo nggak liat nih badan gua kayak Ade Rai dipompa Nitrogen begini?” Mas Yoga membalas dengan bahasa yang sudah disesuaikan dengan tingkat kegaulan Bang Udi.

“Wahahaha! Oke, deh, ati-ati, ya! Mau narik lagi nih!” Bang Udi lalu pergi lagi bersama Metro Mini yang disupiri oleh ayahnya itu. Aku dan Mas Yoga pun melambaikan tangan ke arahnya.

So? What do you think? Can I be someone who’s trying to get you? I know you’re just a third grade high school student and I’m a 25th years old man. But, i’ll be right here waiting as long as you want me to wait for you. It’s hard for me to fall in love, but when it’s the time, i’ll never let her go..

I’ll be having my last cheerleading competition tomorrow at Senayan City. The competition will be started at 1 pm, but i don’t know my team will perform in what order. Come and see me there, if you really want me to be right beside you. I wanna go home now to take some rest now. Don’t walk before me, i may not follow. Don’t walk behind me, i may be mad at you and won’t look back anyomore. Just be there, right beside me

Aku langsung pergi meninggalkan dia dengan hati berbunga-bunga. Selera gue emang cowok yang udah mapan kali, ya? Tapi, rasanya bukan. Bukan karena itu aku suka sama dia. Lelaki tambun itu sudah mengambil hatiku, si seksi yang rupawan ini. Aku sekarang hanya bisa berdoa dan berharap semoga dia besok ada untukku. Kita sama sekali nggak bertukar nomor telepon! Semoga dia besok benar-benar ada di sana, Tuhaaan!! Aku iseng membalikkan badanku untuk melihat apakah dia tetap di sana menatapku dari kejauhan atau bahkan mengikutiku. Jeng! Ternyata dia sudah tidak ada di tempat! Mungkin memang dia turun di pemberhentian terakhir karena rumahnya tidak jauh dari situ. Huh, ada perasaan menyesal kenapa aku jual mahal bangeeeet!! Bodoh, bodoh, bodoh!

Keesokan harinya, aku dan rombongan sampai di Senayan City pukul 10.00. Kita bersiap-siap di backstage yang disediakan oleh pihak penyelenggara. Ada sekitar 20 tim yang akan tampil di acara Jakarta Cheerleading Competition ini. Bagiku, ini adalah perlombaan terakhir karena aku harus menyerahkan karir ini demi masa depan yang lebih baik. Sedih sih, tapi ini keharusan. 20 kelompok tersebut diundi untuk menentukan urutan tampil dan ternyata timku tampil nomor 1! Sejujurnya, tim ini tidak terkalahkan sih. Kami hampir selalu memenangkan semua aja cheerleading. Bagaimana tidak? Teknik dan gerakan kami ini standar internasional! Bahkan semua orang harus menguasai teknik saat jadi flyer maupun jadi base. Hanya satu yang kutakutkan, Mas Yoga tidak akan sempat melihatku berlomba.

Harusnya kemarin aku jangan bilang lombanya mulai jam 1! Ah! Aku mulai menghukum diriku sendiri atas kebodohan dan kejualmahalan ini. Waktu menunjukkan pukul 12.30 ketika aku mendengar teriakan, “Aliceeeeeeee!!!! Uuuuu cemungudh yah cayang akoooo. Kita cemua menjukung kamooooo. Cuuuuupsss!!!” Ah! Itu hanya teman-temanku yang menyemangatiku dengan bahasa bayi! Tapi gapapa, kehadiran kelima sahabatku itu cukup mencairkan ketegangan yang kurasakan. Meskipun aku tetap mengharapkan kehadiran Mas Yoga di antara kerumunan pengujung Senayan City.

“Aaaaa maacih yaaa ­cinta-cintakuuuuuu!!! Aku tampil di urutan pertama, nih! Kalian pokoknya harus ngeliat gue, teriak-teriakan, ikutan nyanyiin ­yel-yel di baris terdepan penonton!”

“SIAAAAAAAAAAAAP!!!!!!” Sahut mereka bersamaan. Uh, emang deh mereka sahabat nomor satu di dunia! Nggak ada yang bisa ngalahin kegilaan jika kami sudah berkumpul! Mereka langsung ke baris penonton untuk sikut-sikutan dengan penonton yang lain yang sudah dari tadi memadati barisan terdepan. Mereka memang orang gila semua! Aku langsung membalikkan badan untuk melakukan blocking panggung dengan teman satu tim ketika ada suara yang baru aku kenal kemarin memanggilku dari belakang.

“Alice..”

Ibarat katak merindukan rawa, aku rasanya ingin segera lompat-lompat kegirangan! Mas Yoga! Itu Mas Yoga!! “Eh, Mas Yoga. You’re really here..” Mungkin merahnya tomat mengalahkan rona wajahku, seperti ada  anak kecil mewarnai wajah ini dengan krayon! Bagaimana tidak? Dia memenuhi janjinya! Dia terlihat sangat tampan dengan balutan celana chino berwarna khaki dan kemeja berwarna biru denim. Simpel, tapi kesannya sangat berbeda dengan setelan kantornya yang menandakan bahwa ia orang ‘tinggi’. Gemuk? Sama sekali tidak!

So, what’s your answer? Am I qualified to be your boy friend?”

Boyfriend?”

Yet, as a start, it’s a boy friend, with a space. If you dont mind

More than qualified! See you, then. I’m kinda busy right now..”

Okay, good luck! You’ll already be the winner for me

You, too.

Dia datang. Dia serius. Dia benar-benar datang ke sini untuk mengejarku. Saat itu juga aku mendapatkan semangat tambahan untuk menghadirkan penampilan cheerleading  yang terakhir dan terbaik sepanjang karir menariku.

1..2..3

“LET’S GO!”